DETOKSIFIKASI MEDIA SOSIAL: APAKAH KAMU BISA MELAKUKANNYA PADA ERA DIGITAL INI?
Written by: Davina Aurelia — News Director
Halo Gen Muda!
Rekor kamu scrolling medsos paling lama bisa sampai berapa jam nih? 6 jam? 8 jam?
Atau justru kamu tipe orang yang kurang suka scrolling medsos lama-lama?
Either way, tidak bisa dipungkiri kalau sekarang semua nya dituntut untuk bisa serba digital. Dari mulai pekerjaan, transaksi, sampai pembelajaran di sekolah atau kampus. Tentunya ini bukan hal yang buruk, digitalisasi secara umum bisa membantu dan mempermudah manusia dari berbagai aspek kehidupan. Di era digital yang serba terhubung ini, media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari mengecek notifikasi saat bangun tidur hingga mengunggah aktivitas sebelum tidur, kita sering kali tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam di berbagai platform.
Meskipun media sosial punya banyak manfaat, seperti kemudahan berkomunikasi dan akses informasi, dampaknya terhadap kesehatan mental kita juga tak bisa diabaikan. Terlalu banyak paparan dan konsumsi konten media sosial bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan ‘FOMO’. Inilah mengapa banyak orang mulai mempertimbangkan “detoksifikasi media sosial” — membatasi penggunaan atau bahkan rehat sejenak dari dunia maya. Namun, di tengah arus informasi yang terus mengalir dan tuntutan pekerjaan, apakah kita benar-benar bisa melakukannya?
Bisa tentunya! Asal berada di lingkungan yang suportif dan keteguhan diri untuk disiplin. Yuk ketahui benefit dari detoksifikasi media sosial!
Apa itu Detoksifikasi Media Sosial?
Detoksifikasi media sosial (social media detox) adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk membatasi atau bahkan menghentikan penggunaan media sosial selama periode tertentu. Ini bukan sekadar “rehat” biasa, tapi lebih kepada keputusan yang terencana untuk mengurangi intensitas interaksi dengan platform digital seperti Instagram, Twitter, TikTok, atau Facebook. Dengan detoks ini, kita bertujuan untuk memberikan “ruang napas” bagi kesehatan mental, fisik, dan produktivitas.
Benefit Detoksifikasi Media Sosial
Detoks media sosial itu intinya berusaha untuk tidak sering-sering buka media sosial selama jangka waktu tertentu. Kenapa perlu dicoba?
Pertama, karena detoks ini bisa bantu jaga kesehatan mental. Banyak penelitian menunjukkan kalau terlalu sering main media sosial bisa membuat kita cemas, merasa kesepian, atau bahkan depresi. Terlebih kalau kita punya tuntutan pekerjaan yang mengharuskan kita update terus. Sering muncul rasa terpaksa untuk selalu online dan responsif 24/7, dan ini malah bisa bikin stres.
Kedua, detoks media sosial juga bantu kualitas tidur kita. Gen Muda, siapa yang nggak pernah ngecek media sosial sebelum tidur? Banyak orang akhirnya begadang karena keterusan scroll TikTok atau baca thread di X. Padahal, kurang tidur bisa memicu masalah kesehatan seperti jantung dan obesitas di masa depan loh!
Terakhir, detoks media sosial bikin kita lebih produktif. Rata-rata orang habisin berjam-jam sehari buat scrolling, padahal waktu itu bisa dipakai buat ngerjain hal lain yang lebih penting. Misalnya, ngerjain tugas…Gen Muda tugasnya sudah selesai belum nih?
Lalu, berapa lama detoks yang efektif? Walaupun belum ada patokan pasti, banyak ahli menyarankan 30 hari, atau setidaknya seminggu sebagai permulaan. Beberapa orang bahkan bisa tahan setahun penuh tanpa media sosial — keren, kan?
Kalau Gen Muda, kalian kira-kira bisa tahan berapa lama nih tanpa media sosial?
Referensi
Epstein, S. (2023, May 2). Apakah masih memungkinkan untuk melakukan “digital detox” di era digital? BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/articles/crg5z9zr7j2o#:~:text=Dancy%20menyebut%20pendekatan%20ini%20sebagai,melakukan%20retret%20mewah%20ke%20Polinesia.&text=Versi%20bahasa%20Inggris%20artikel%20ini,Anda%20baca%20di%20BBC%20Worklife.
Limbong, S. T. (2020, February 12). Berapa Lama Idealnya Detoks Media Sosial yang Efektif? KlikDokter. https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/berapa-lama-idealnya-detoks-media-sosial-yang-efektif