Japanese Releases Picks for November 2020

RTC UI FM
3 min readDec 3, 2020

--

Featuring PASSEPIED, Akai Ko-en, and many others. Curated by Abizar.

CHAI — PLASTIC LOVE

Band alt-rock all-female CHAI meng-cover tembang pop kota legendaris Mariya Takeuchi. Suara signature CHAI dipadukan dengan elemen 80-an klasik Tatsuro Yamashita.

URBANGARDE — BAERUNA

URBANGARDE mengeluarkan musik dibilang ngingetin gue sama lagu-lagunya Yoasobi. Musik enteng dengan fondasi piano yang beda banget dengan rilisan band Art-pop ini sebelumnya yang coraknya synth-heavy dan penuh kritik sosial.

HELSINKI LAMBDA CLUB — HAPPY BLUE MONDAY

Inspirasi dari New Order sang dedengkot New Wave sangat terasa dari rilisan band indie rock Helsinki Lambda Club kali ini. Suara gitar yang tonenya dibuat sedemikian rupa agar menyerupai synth hingga bagian bridge dimana synth aslinya beneran keluar, Happy Blue Monday benar-benar sebuah homage yang menarik.

TOKYO INCIDENTS — VEIL OF LIFE/INOCHI NO TOBARI

Salah satu berita musik Jepang terbesar di awal tahun ini adalah band art rock legendaris Tokyo Incidents yang tiba-tiba reuni dan bikin comeback setelah hampir 8 tahun bubar. Sayangnya, selain satu lagu yang mereka buat untuk film baru Detective Conan, output yang mereka keluarin pasca reuni bisa dibilang medioker mendekati jelek. Entah kenapa gak ada yang menarik dan stand out gitu, bosenin banget.

Veil of Life/Inochi no Tobari yang baru rilis menurut gue menunjukan bahwa band ini udah mulai ke arah jalan yang benar. Lagu ballad yang nge-showcase kemampuan vokal hebat Sheena Ringo dan eksekusi emosionalnya, juga melodi menye yang enggak ngebosenin soalnya diiringi oleh instrumentasi jago pada pertengahan lagu seperti yang biasa diharapkan dari musik Tokyo Incidents. 2020 mungkin bukan tahunnya mereka, tapi dengan adanya lagu ini, maybe next year?

PASSEPIED — Q.

Dalam rangka promosional album baru mereka yang akan dirilis nanti Desember, band indie pop PASSEPIED merilis single Q. Dibandingkan dengan single sebelumnya Synthesize yang bernuansa dance pop eklektik, Q. membawa pendengar kembali ke suara klasik PASSEPIED era 2013 penuh pukulan drum keras dan tempo yang cepat. Struktur musiknya pun lebih konvensional layaknya J-pop pada umumnya. Menurut gue, hal ini justru jadi nilai plus. PASSEPIED pada tahun 2013 hingga 2016 pernah bertengger di masa kejayaan (sampai-sampai pernah manggung di Budokan!), dan gue yakin mereka bisa sukses demikian karena mereka bisa mengawinkan sensibilitas musik J-pop dengan instrumentasi synthesizer eklektik nan heboh yang selama ini jadi trademark PASSEPIED. Begitu mereka masuk fase eksperimental sejak 2018, entah kenapa musiknya udah gak semenarik dulu di mata gue. Dari segi popularitas, PASSEPIED juga sudah mulai meredup sekarang.

Nilai lemah single ini menurut gue adalah chorus-nya yang kurang nendang. Meski demikian, gue beneran beharap kalau album barunya bisa ngembalin sense of wonder yang pernah gue alami ketika gue pertama kali mendengarkan album Enshutsuka Shutsuen (2013) 5 tahun silam. Buat kalian yang belum dengerin Enshutsuka Shutsuen, wajib banget denger. Indie J-Pop at it’s finest.

AKAI KO-EN — ORANGE/PRAY

Oktober silam, dunia musik Jepang terpukul oleh meninggalnya Tsuno Maisa, gitaris dari band pop rock 4-piece Akai Ko-en. Tsuno sayangnya harus pergi terlebih dahulu karena depresi yang ia idap. Tentu hal ini menyebabkan Akai Ko-en berada dalam posisi cukup sulit karena kehilangan anggota yang arguably merupakan tonggak dari band tersebut, yakni Tsuno sang songwriter utama dan Tsuno sang gitaris. Dibalik tragedi ini, Akai Ko-en sebelumnya telah merekam single terbaru mereka yang dirilis pada 25 November, lengkap dengan MV di mana mendiang Tsuno Maisa tampil untuk terakhir kalinya.

Bertajuk Orange/Pray, Akai Ko-en menunjukan sisi sentimental dari nuansa pop rock upbeat yang mereka usung. Orange menampilkan suara klasik band ini dengan hentakan drum yang keras dan power chords yang klinis dari detik pertama lagu ini diputar. Melodi yang bittersweet dipadukan dengan chorus yang melonjak tinggi menjadikan lagu ini salah satu rilisan terbaik Akai Ko-en akhir-akhir ini. Pray merupakan sebuah ballad sentimental yang ditopang dengan piano hingga akhir chorus pertama ketika gitar, bass dan drum datang satu persatu dan membentuk suara khas Akai Ko-en. Meski begitu, datangnya instrumen ini tidak membuat rasa sentimental lagu ini semakin encer. Emosinya justru semakin intens pada saat lagu ini mencapai titik akhirnya.

Sepeninggal sang gitaris, nasib masa depan Akai Ko-en tentu akan dipertanyakan. Mungkin mereka bisa bertahan dengan formasi yang berbeda, atau barangkali inilah akhir dari band yang telah memiliki karir impresif selama hampir 10 tahun. Kalau Orange/Pray merupakan akhir dari Akai Ko-en, maka Akai Ko-en telah menciptakan sebuah swan song yang hebat.

--

--

RTC UI FM
RTC UI FM

Written by RTC UI FM

The Best Student Radio In Town! Universitas Indonesia’s one and only radio, now bringing you opinion pieces. For further enquiry, contact rtcuifm@gmail.com

No responses yet