Ketika Akal dan Moral Bertemu: Haruskah Logika Mengalah pada Etika?
Written By: Muhammad Rasyad Amrullah-News Reporter
Pantas atau lebih bermoral, “kamu harus lebih jujur untuk bisa dianggap benar oleh kami!” Seperti itulah penerapan etika pada sosial. Lain hal dengan logika, saat kamu ingin menerapkannya, tentukan argumen yang masuk akal dan tergambar dampaknya. Misalnya, jika manusia itu fana dan Socrates adalah manusia, maka Socrates adalah fana.
Terjadi kebimbangan besar di masyarakat, terkait prioritas antara etika atau logika. Kamu mungkin berpikir bahwa kecenderungan kamu dengan etika bisa membangun citra sosial yang baik dan berbaur dengan budaya yang ada. Namun, jika kamu terus menggunakan etika sosial pada kawasan tertentu, maka dampak buta logika perlahan akan muncul.
Fokus utama dari etika adalah menilai tindakan berdasarkan kebaikan, keadilan, dan dampaknya terhadap orang lain. Sedangkan, logika menilai kebenaran berdasarkan konsistensi, struktur argumen, dan bukti yang mendukung. Kamu akan bertindak pada atasan dengan memperhatikan aturan dasar yang ada di tempat kerja, kamu dilarang untuk membantah, ataupun memberi masukan dalam kebijakan yang telah ada, sebab jika kamu melawan, maka kamu telah melanggar etika. Namun, jika kamu berpindah pada penerapan logika, kamu akan mempertimbangkan semua aspek pekerjaan, contohnya ada timbal balik apa yang diberikan oleh tempat kerjamu, nyamankah kamu bekerja di tempat itu, atau mungkin kamu berpikir untuk keluar karena penghasilan yang kecil?
Acuan utama dari etika didasarkan pada norma sosial, hukum, agama, dan nilai-nilai budaya. Berlainan dengan logika yang berprinsip pada rasionalitas, hukum sebab-akibat, dan aturan yang terstruktur. Tindakan yang berpangkal dari logika mengedepankan nilai rasional, misalnya adalah penghitungan pengeluaran biaya dalam sehari yang nantinya akan diakumulasikan dengan total penghasilan dalam paruh waktu tertentu. Tentunya saat kamu menggunakan logika matematika pada hal itu akan mempermudah dan memperjelas angka-angka yang akan kamu keluarkan. Berlawanan dengan etika yang mengesampingkan penghitungan keuangan dan lebih mengedepankan norma yang ada (misalnya adalah membeli barang karena tuntutan budaya, meskipun kamu tidak tahu apa fungsinya).
Dilema yang mungkin timbul dari penerapan logika dan etika dapat digambarkan menjadi dua peristiwa. Kasus yang pertama adalah sebuah keputusan bisa logis tetapi tidak etis, misalnya kamu memecat karyawan untuk efisiensi bisnis. Kedua adalah sebuah keputusan bisa etis tetapi tidak logis, misalnya mempertahankan karyawan meskipun bisnis merugi demi kesejahteraan mereka.
Kamu tidak perlu bingung harus memilih apa, karena memang kemunculan etika itu sendiri berasal dari logika. Namun, yang telah terjadi di kehidupan sosial adalah sebagian etika (mungkin) ada yang kehilangan nilai rasionalnya karena ada beban dari norma, hal itulah yang membuat neraca etika seimbang. Kamu tidak perlu meninggalkan etika sepenuhnya karena menyalahi logika, karena etika itu penting bagi hubungan manusia (lebih dikenal sebagai etiket). Hubungan kamu dengan orang tua, guru, teman, bahkan rekan kerja memerlukan etika. Kamu harus bisa membaur dengan sosial, supaya kamu terhubung dengan hati mereka.
Namun, yang menjadi permasalahan sekarang adalah, apakah kamu selamanya akan mempertahankan nilai-nilai norma itu dan perlahan akan terlepas dari logika? Kamu menggunakan logika pada hal tertentu saja mungkin akan dibenci oleh masyarakat. Kamu akan memilih apa? Bingung karena orang-orang tidak masuk akal? Atau mungkin logika itu sendiri yang salah?
Selesai ~
Semoga artikel ini bisa memberikan pengertian etika dan logika, kemudian juga ada beberapa contoh dari penerapan dari kedua hal tersebut. Harapannya kamu bisa mengerti permasalahan apa yang ada di masyarakat dan cara menanggulanginya dengan menggunakan logika atau etika.
Sumber:
https://www.kompasiana.com/abdullahzain8783/605826b18ede4810fc469373/memahami-logika-etika-estetika-dalam-kehidupan