MITOS ATAU FAKTA: Warna Bulu Kucing Merepresentasikan Kepribadiannya?
Ditulis oleh: Kania Soedira — News Director
Secara umum, kucing terkenal aktif dengan wajah ekspresif dan tingkahnya yang menggemaskan. Gen Muda pasti sering melihat berbagai konten lucu berbentuk foto maupun video kucing berseliweran di media sosial. Bahkan ada sejumlah kucing meme yang memiliki penggemarnya sendiri, seperti Crying Banana Cat, Happy Cat, dan “Huh?” Cat.
Banyak mitos dan kesalahpahaman beredar mengenai kepribadian kucing yang berkaitan dengan warna bulunya. Mungkin Gen Muda sudah familier dengan kucing yang bagaikan bintang internet, yaitu kucing berwarna oranye atau akrab disebut kucing oyen. Kucing oranye sering dikatakan sebagai kucing perecok yang gemar membandel dan marah-marah. Tingkah anehnya sering bikin geleng kepala dan diabadikan oleh para pecinta kucing sebagai bahan hiburan di internet.
Sementara itu, ada pula anggapan mengenai kucing putih yang cenderung bodoh karena selalu bermain kotor-kotoran meskipun bulunya berwarna putih dan sulit dibersihkan. Lain halnya dengan kucing hitam yang dianggap kalem dan terkadang penakut seolah bercermin pada warna gelap yang sering diasosiasikan dengan kedua hal tersebut.
Terlepas dari asumsi-asumsi tadi, rasanya enggak adil kalau kita memukul rata semua kepribadian kucing berdasarkan stereotipe warna bulunya. Nah, lalu, apa benar ada korelasi antara kepribadian kucing dengan warnanya?
Melansir dari IFL Science (28/11/2023), Daniel Warren-Cummings dari Cats Protection Inggris menjelaskan bahwa warna bulu dapat dikaitkan dengan aspek lain, misalnya jenis kelamin. Ini terdapat pada kenyataan bahwa lebih banyak kucing oranye yang berjenis kelamin jantan daripada betina.
“Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara perilaku dan warna bulu. Namun, tidak ada bukti yang signifikan atau konklusif. Pertimbangan warna bulu bukanlah sesuatu yang membentuk proses pengambilan keputusan kita ketika mempertimbangkan perbedaan alasan kucing berperilaku dengan cara tertentu,” katanya.
Mengacu pada suatu penelitian di 2015, beberapa hubungan antara warna bulu dan perilaku telah ditemukan pada beberapa spesies mamalia. Melalui studi tersebut, ditemukan hasil beragam mengenai kemungkinan hubungan antara warna bulu dan kepribadian kucing domestik.
Penelitian ini menunjukkan persepsi manusia terhadap kepribadian kucing berdasarkan warna bulu. Dari survei terhadap 189 pemilik kucing, ditemukan bahwa kucing oranye dianggap lebih ramah dan tidak terlalu cuek atau pemalu dibanding warna lain. Kucing putih dinilai lebih pendiam, pemalu, dan kurang aktif, sementara kucing hitam tidak memiliki sifat yang menonjol dibandingkan warna lainnya. Kucing dua warna dianggap ramah, sedangkan kucing tiga warna dipandang lebih cuek dan kurang toleran.
Namun tentu saja, perlu Gen Muda garis bawahi kalau semua itu merupakan penilaian subjektif oleh manusia sebagai pemilik kucing.
Jadi, apakah ras kucing bisa memengaruhi perilakunya? “Ras kucing tidak memiliki pengaruh sebesar yang orang pikirkan, tetapi lebih memengaruhi perilaku kucing (jika memang ada pengaruh) dibandingkan warna bulu,” jelas Warren-Cummings. Misalnya, beberapa ras kucing, seperti Siam dan Tonkin, dianggap lebih rentan mengalami pica (memakan benda yang tidak bisa dimakan), sementara ras-ras ini juga dikenal lebih vokal.
Faktor yang Sebenarnya Menentukan Perilaku Kucing
“Menurut pendapat profesional saya (yang juga disetujui oleh banyak orang), baik bawaan alami maupun pengasuhan adalah faktor paling penting dalam menentukan bagaimana perilaku kucing sepanjang hidup mereka,” kata Warren-Cummings.
Ia juga menjelaskan bahwa meskipun ras dan warna bulu tidak terlalu berpengaruh pada perilaku kucing, beberapa sifat seperti keberanian atau kepercayaan diri diyakini memiliki akar genetik dan dapat diwariskan.
Namun, cara kucing bersosialisasi adalah kunci bagaimana mereka berperilaku.
Warren-Cummings mengatakan bahwa bagian pengasuhan berhubungan dengan pentingnya sosialisasi yang baik pada periode sensitif, yaitu antara usia 2 hingga 7 minggu. Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sosialisasi yang cukup pada masa ini bisa memengaruhi perilaku kucing sepanjang hidupnya, termasuk kepercayaan dirinya, keinginan untuk mendekati manusia, dan interaksi dengan hal-hal baru. Ia menekankan bahwa rencana sosialisasi yang benar adalah salah satu cara terbaik untuk membentuk perilaku kucing.
Nah, gimana Gen Muda? Sekarang sudah tahu ‘kan kalau warna bulu kucing tidak menentukan kepribadiannya! Sama seperti manusia yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, kucing juga begitu. Kucing oyen ‘mereog’ yang Gen Muda saksikan mungkin memang pada dasarnya hanyalah kucing konyol dengan tingkah lucunya. Tapi, siapa tahu ada kucing dengan warna sama yang justru memiliki kepribadian bertolak belakang. Begitu juga dengan kucing-kucing berwarna lainnya.
So, ingat ya, satu keunikan yang ada dalam satu kucing mungkin enggak akan Gen Muda temukan di kucing lainnya. Namun, mau seperti apa pun tingkah lakunya, jangan lupa untuk selalu menyayangi dan melindungi hewan-hewan berbulu ini, ya Gen Muda!