Written by: Nazwa Audhita Salsabilla — News Director
Museum adalah tempat yang tidak hanya menyimpan barang bersejarah, tetapi juga membuka pintu bagi masyarakat untuk belajar, menikmati, dan berbagi pengetahuan. Museum juga berfungsi untuk menyadarkan kita perihal “siapa kita?” “sudah sejauh mana kita berkembang?” Hampir semua negara memiliki museum, tak terkecuali Indonesia. Kita semua pasti pernah setidaknya sesekali berkunjung ke museum. Namun, pernahkah muncul di benak kita, apa museum tertua yang ada di dunia?
Museum Ennigaldi-Nanna, sebuah tempat bersejarah yang berlokasi di Irak, dikategorikan sebagai museum tertua yang tercatat dalam sejarah, dengan usia mencapai 2.500 tahun. Museum ini ditemukan pada tahun 1925 oleh arkeolog Inggris bernama Leanard Woolley. Awalnya, saat itu Wolley dan timnya menyadari bahwa mereka sedang melakukan ekskavasi atau penggalian di situs Sumeria yang sudah ada pada tahun 500 SM. Namun, tak disangka, mereka menemukan sebuah penemuan yang mengejutkan. Sebuah tempat layaknya museum berisikan artefak-artefak kuno yang berusia jauh lebih tua.
Penemuan Koleksi Artefak
Pada 1925, Wolley beserta timnya menemukan koleksi artefak di antara reruntuhan istana Babilonia. Artefak-artefak tersebut memiliki rentang waktu yang bervariasi, yaitu sekitar tahun 2100 SM hingga 600 SM. Salah satu artefak yang ditemukan pada situs itu yaitu prasasti Kassite (yang disebut “kudurru”), sebuah dokumen tertulis yang digunakan untuk menandai batas wilayah dan membuat pengumuman. Prasasti itu diperkirakan berasal dari sekitar tahun 1400 SM. Menurut catatan Woolley, prasasti tersebut berisi “kutukan dahsyat” bagi siapapun yang menghilangkan atau menghancurkan catatan yang terkandung di dalamnya.
Tak hanya Prasasti Kassite, banyak koleksi kuno lain seperti tablet tulisan, perhiasan, dan patung ukir yang disusun secara kronologis sehingga membawa pengunjung seolah-olah mereka sedang menjelajahi waktu tersebut. Benda-benda tersebut disertai dengan “label museum” yang terbuat dari tanah liat, ditulis dalam tiga bahasa termasuk bahasa Sumeria, dan berisi tentang informasi seperti usia, asal, dan informasi-informasi lainnya. Jika kita pikir-pikir, konsep pengurutan koleksi secara kronologis ini terbilang cukup kreatif dan unik apalagi penerapan konsep tersebut berada di zaman yang jauh dari kehidupan kita saat ini.
Museum Tertua dengan Kurator Wanita Pertama di Dunia
Hal menarik dari Museum Ennigaldi-Nanna adalah selain dipandang sebagai museum tertua di dunia, museum ini juga memiliki kurator –orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan koleksi museum- wanita pertama di dunia. Tampaknya, asal nama museum ini pun berasal dari nama kuratornya, yaitu Ennigaldi-Nanna. Ennigaldi-Nanna adalah seorang pendeta wanita dan putri dari Nabonidus, raja terakhir dari kekaisaran Neo-Babilonia. Nabonidus juga dikenal sebagai antiquarian (kolektor barang antik) dan bahkan dikenal sebagai ‘arkeolog’ pertama dalam sejarah. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, antusias Nabonidus terhadap barang-barang kuno ternyata mengalir ke dalam darah putrinya. Dengan dorongan sang ayah, Ennigaldi membuka museum barang antiknya sendiri di istananya sekitar tahun 530 SM. Museum tersebut berisikan koleksi barang antik yang disusun oleh dirinya sendiri. Beberapa koleksi tersebut diduga hasil temuan dari penggaliannya sendiri di Mesopotamia Selatan.
Adanya eksistensi Museum Ennigaldi-Nanna menyadarkan kita betapa pentingnya melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah. Dengan melestarikan peninggalan sejarah, kita dapat mewarisi pengetahuan yang tertanam sebagai nilai penting sejarah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Jadi, jangan lupakan sejarah ya! Karena di dalamnya terdapat kisah-kisah menarik yang dapat memberikan jawaban kita perihal “bagaimana kehidupan manusia bisa berkembang hingga saat ini?”