Penulis: Carissa Muhamartha — Music Director
Editor: Annayu Maharani
Ketika para Baby Boomers muda menikmati hari-hari mereka bersama piringan hitam一Simon & Garfunkel, Marvin Gaye, Joni Mitchell一mungkin mereka tak akan mengira bahwa rekaman-rekaman tersebut masih terus dinikmati dan menjadi inspirasi bagi generasi yang lahir 50 tahun kemudian. Evolusi teknologi sangatlah menguntungkan sektor musik, di mana kita semua dapat mengakses lagu-lagu lama yang telah terkonversi dalam bentuk digital dengan mudah. Pengarsipan musik, bentuk tindak lanjut dari aktivitas perekaman, dilakukan secara serius oleh pelaku industri musik seperti Irama Nusantara, dengan katalog musik mereka atau Spotify, dengan playlist-playlist nostalgia. Beberapa stasiun TV juga terlihat mendigitalkan rekaman-rekaman konser lama dan mengunggahnya di Youtube. Oleh karena itu, tak heran jika musik-musik lawas masih memengaruhi cara berekspresi musisi-musisi hari ini, bahkan cara berpakaian dan persona panggung yang mereka tampilkan ke penonton sekalipun. Di tengah-tengah generasi yang menyerukan Billie Ellish, sosok yang didaku mendefinisikan Generasi Z, beberapa musisi lokal di bawah ini setia mengangkat genre-genre musik yang dulu merupakan semangat zamannya: jazz-swing (‘40-’50-an), rock n roll (‘70-an), disco dan glam rock (‘80-an).
NonaRia, sebuah trio yang berdiri sejak 2012 dalam wawancara mengaku bagaimana mereka kagum dengan lagu-lagu pop Indonesia 1940–1950. Kala itu Ismail Marzuki, Bing Slamet, dan Sam Saimun adalah yang paling sering diputar di radio. Nuansa era tersebut memang kental terasa saat mendengarkan lagu-lagu trio yang terdiri dari Nesia Ardi (vokal dan snare), Nanin Wardhani (keyboard, piano, akordeon), dan Yasintha Pattiasina (biola) itu. “Sebusur Pelangi”, misalnya, dari album perdana NonaRia (2018). Alasannya adalah penggunaan instrumen snare drum, biola, dan akordeon, serta efek vokal yang terdengar seperti diputar dengan gramofon.
Era 1960 sampai 1970-an menjadi napas album Analog (2016) oleh grup musik Indische Party dengan suasana blues dan fuzzy garage. Selain itu, grup musik yang membawakan nuansa 1960-an berbentuk rock and roll adalah trio FLEUR!. Mendengar FLEUR! akan mengingatkan dengan grup musik legendaris Dara Puspita. Memang, grup ini terbentuk karena pihak panitia Europalia 2017一sebuah festival seni budaya dari Belgia一meminta perwakilan Indonesia mengirimkan grup musik tribute to Dara Puspita. Akhirnya, empat orang yakni Tanya Ditaputri, Tika Pramesti, Rika Putrianjani, dan Yuyi Trirachma ditunjuk oleh kurator musik, Ubiet Raseuki, juga dengan campur tangan David Tarigan. Saat itu, FLEUR menggunakan nama panggung Flower Girls.
Disko pop, fusion, dan groovy pada 1980 sampai 1990-an dapat GenMuda nikmati melalui Diskoria. Diskoria adalah duo DJ bentukan Merdi dan Aat yang memainkan musik disko Indonesia. Duo ini berawal dari kesamaan visi yaitu menghidupkan kembali masa kejayaan musik Indonesia, dan sering memainkan lagu-lagu era dua-tiga dekade lalu. Pada 2019, mereka mengeluarkan single perdana bertajuk “Balada Insan Muda” dan berkolaborasi dengan tim produksi Laleilmanino. Seterusnya, mereka menggaet Dian Sastrowardoyo dalam “Serenata Jiwa Lara” dan Afifah Yusuf dalam “Pelangi Cinta”. Yang terakhir merupakan single daur ulang milik Hetty Koes Endang yang terkenal era ‘80-an.
Saya berpendapat bahwa peningkatan tren lagu-lagu nostalgia berhubungan dengan baiknya praktik pengarsipan karena pengarsipan membuat akses lebih terbuka sehingga memungkinkan generasi muda untuk lebih mengapresiasinya. Kita tak lupa bahwa pada 2019, “Berharap Tak Berpisah” milik Reza Artamevia menembus 17 juta kali putar di Spotify dan juga laris-manis dibawakan di klub-klub kota besar. Fenomena ini saya kira akan terjadi pada musisi lain selama praktik pengarsipan terus diupayakan. Untuk itu, mungkin kita dapat berbangga hati dengan keberadaan Irama Nusantara, situs yang menyediakan arsip musik Indonesia.
Latar belakang didirikannya Irama Nusantara ialah kesadaran akan pentingnya pendataan musik Indonesia sebagai bentuk pelestarian budaya. Selain itu, untuk membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai sejarah musik Indonesia. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia masih kesulitan mendapatkan referensi lagu-lagu populer Indonesia. Sejarahnya dimulai dari proyek radio daring David Tarigan yaitu Radio Kentang, hadir pada 2008, yang memutarkan lagu-lagu Indonesia lama dan telah diubah dari piringan hitam menjadi bentuk digital. Saat ini, Irama Nusantara fokus dalam melakukan pengarsipan musik indonesia rilisan 1950-an sampai 1980-an. Menariknya, pengarsipan yang mereka lakukan juga mencakup majalah musik seperti Aktuil. Ternyata, seluruh penjualan lagu “Serenata Jiwa Lara” yang disinggung di atas disumbangkan kepada Yayasan Irama Nusantara, lho, GenMuda!
Selain Irama Nusantara, ada juga situs pengarsipan Lokananta Project yang diluncurkan oleh Lokanata. Lokananta merupakan perusahaan rekaman musik pertama dan satu-satunya milik negara yang berdiri pada 29 Oktober 1956 atas inisiasi R. Maladi. Lokananta menyimpan karya-karya musik seniman tanah air. Koleksinya tak hanya lagu-lagu daerah, keroncong, pop, namun juga gending Jawa, rekaman pidato Bung Karno, hingga “Indonesia Raya” versi instrumental durasi tiga stanza.
Para musisi yang mengusung genre-genre musik yang populer di era-era sebelumnya dan mengembalikan momen nostalgia merefleksikan adanya kesinambungan akses yang tak putus. Di sinilah pengarsipan dan pelestarian musik menjadi sangat penting untuk mengetahui sejarah budaya itu sendiri. Sebab tanpa pengarsipan, tanda dan ciri suatu budaya terancam lenyap seiring perjalanan waktu.
Dengan demikian, kita turut berpartisipasi dalam memajukan industri musik Indonesia. Dimulai dengan menelisik lagu-lagu lama Indonesia, mempelajari sejarah musik Indonesia, serta mendengarkan dan mengapresiasi karya-karya para musisi Indonesia. Sebab, kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaga warisan musik Indonesia?
Referensi
Djaya, A. B. (2016, January 29). Beritagar.id. Diakses 1 April 2021 dari https://beritagar.id/artikel/seni-hiburan/lokananta-luncurkan-situs-arsip-digital-lokananta-project.
Irama Nusantara. (n.d.). Irama Nusantara. Diakses 31 March 2021 daro https://iramanusantara.org/#/about.
Kukuh, A. (2020, March 18). Lewat Serenata Jiwa Lara, diskoria Dan DIAN Sastrowardoyo DUKUNG irama nusantara. Diakses 31 March 31 2021 dari https://kumparan.com/kumparanhits/lewat-serenata-jiwa-lara-diskoria-dan-dian-sastrowardoyo-dukung-irama-nusantara-1t2ijf3lVI1.
Salsabilla, S. (2020, October 17). “Pelangi cinta”, Single Terbaru diskoria yang Didaur ULANG Dengan video Klip yang Digarap OLEH FARIZ RM. Diakses 3 April 2021 dari https://www.whiteboardjournal.com/ideas/music/pelangi-cinta-single-terbaru-diskoria-yang-didaur-ulang-dengan-video-klip-yang-digarap-oleh-fariz-rm/.
Safutra, I. (2018, March 18). NonaRia, band Perempuan YANG MENGUSUNG gaya MUSIK Tempo Dulu. Diakses 3 April 2021 dari https://www.jawapos.com/features/18/03/2018/nonaria-band-perempuan-yang-mengusung-gaya-musik-tempo-dulu/.