Serupa dan Seirama: Musik VS Politik

RTC UI FM
4 min readNov 1, 2024

--

Written by Regita Cahya ㅡ Music Director

Protest Music of the Vietnam War (source: Pinterest)

Pemimpin di esok hari

(Adakah yang cukup mampu?)

Mewakilkan suara kami

(Jelas tak ada yang tahu!)

Gen Muda tau nggak, sih, kalo musik itu punya banyak “muka.” Seperti bentuk-bentuk seni lainnya, musik bukan hanya sebagai hasil ekspresi jiwa manusia, tapi juga punya fungsi sosial, lho! Salah satunya dalam dunia politik.

Disadari atau nggak, music is very political. Hubungan antara musik dan politik ini kompleks dan beragam. Sebagai sebuah bentuk komunikasi massa, musik itu jangkauannya luas. Coba, yuk kita lihat perkembangannya.

Aretha Franklin (source: Pinterest)

Tahun 1930-an di Amerika Serikat, ada musisi jazz legendaris bernama Billie Holiday yang mencurahkan experience-nya sebagai seorang African-American lewat lagu “Strange Fruit.” Liriknya yang menyayat hati menggemparkan keadaan sosial-politik kala itu. Lalu, tahun 60an, kelahiran Civil Rights Movement dibarengi dengan meluncurnya lagu “Respect” oleh Aretha Franklin.

R-e-s-p-e-c-t

Find out what it means to me.

Sex Pistols, “God Save the Queen” by Jamie Reid (source: Pinterest)

Gen Muda pasti kenal sama Ratu Elizabeth II, dong? Di tahun 70an, ada peristiwa bersejarah yang menyangkut Ratu Elizabeth II dan akhirnya melahirkan punk rock di Inggris. Kok bisa?

The Royal Family of Great Britain punya sebuah tradisi yang namanya Jubilee untuk merayakan milestone sebuah pemerintahan. Nah, di tahun 1977, dilaksanakan Silver Jubilee untuk merayakan 25 tahun Ratu Elizabeth II menjabat. Namun, kondisi sosial-ekonomi Inggris saat itu lagi nggak baik-baik aja. Dari sekian banyak respons masyarakat, lahirnya punk rock jadi yang paling historic.

God save the queen

She’s not a human being

And there’s no future

And England’s dreaming

Band punk rock paling terkenal saat itu, Sex Pistols, merilis lagu kontroversial yang berjudul “God Save the Queen.” Meskipun, sang drummer, Paul Cook bilang kalau lagu ini nggak secara spesifik tentang Silver Jubilee. Tapi, timing-nya pas banget! Ditambah lagi, gejolak anak muda yang menyebarluaskan punk movement. Lagu ini sempat di-banned dari radio BBC, lho, karena dinilai anti-royalisme.

Koes Plus (source: Pinterest)

Hal serupa juga terjadi di Indonesia, nih. Presiden Soekarno sempat melarang musik rock western. Walaupun nggak “berpolitik” sama sekali, Koes Bersaudara (atau Koes Plus) pernah dipanggil dan diperiksa aparat karena musiknya bergaya rock western yang terinspirasi dari Everly Brothers dan The Beatles.

Iwan Fals (source: Pinterest)

Untukmu yang duduk sambil diskusi

Untukmu yang biasa bersafari

Di sana di gedung DPR

Wakil rakyat kumpulan orang hebat

Bukan kumpulan teman-teman dekat

Apalagi sanak famili

Gen Muda familiar ‘kan sama potongan lirik di atas? Yes, Iwan Fals adalah salah satu musisi Indonesia yang sering banget melakukan kritik sosial lewat lagu-lagunya. Lagu yang berjudul “Galang Rambu Anarki” bukan cuma menceritakan tentang mendiang anaknya, lho. Tapi juga menggambarkan kondisi sosial-politik saat itu.

Galang Rambu Anarki ingatlah

Tangisan pertamamu ditandai BBM

Membumbung tinggi

.Feast (source: PInterest)

Selain itu, band alt-rock jebolan FISIP UI — .Feast — mengawali kariernya di tahun 2014 dengan single berjudul “Camkan.” Single ini menceritakan tentang kebebasan beragama di Indonesia. Sampai sekarang, lagu-lagunya yang political sering banget jadi anthem buat menggambarkan keadaan sosial-politik yang terjadi. Beberapa lagu yang paling iconic adalah “Kami Belum Tentu,” “Tarian Penghancur Raya,” dan of course “Peradaban.”

Musisi-musisi lain yang “berpolitik” lewat musik adalah Green Day, Bruce Springsteen, Bob Marley, The Clash, Hozier, MARINA, Slank, Efek Rumah Kaca, Radiohead, Lomba Sihir… Wah, banyak juga ya!

Katanya, mengungkapkan sesuatu lewat kata-kata aja nggak cukup. Makanya, manusia menciptakan seni. Sekian banyaknya emosi jiwa manusia bisa diungkapkan lewat seni, salah satunya, musik! Musik bukan cuma jadi wadah para musisi untuk ‘curhat,’ tapi juga menyampaikan pesan tertentu. Terlebih lagi, keresahan yang sifatnya politis dirasakan semua orang. What do you think, Gen Muda? Is your favorite artist political?

Referensi:

Box, Kiernan dan Greg Aronson. “Protest Songs from Indonesia and Australia: A Musicological Comparison.” Journal of Urban Society’s Arts, 9.1 (2022): 48–59.

Thomson, Rex. “The Intertwined Relationship Between Music and Politics.liveforlivemusic.com, 26 Feb. 2016, https://liveforlivemusic.com/features/the-intertwined-relationship-between-music-and-politics/

“.Feast.” sofarsounds.com, https://www.sofarsounds.com/artists/feast

“Music & Politics: A Lost Relationship.” Don’t Panic London.com, 20 Mar. 2015, https://www.dontpaniclondon.com/music-politics-a-lost-relationship/

--

--

RTC UI FM
RTC UI FM

Written by RTC UI FM

The Best Student Radio In Town! Universitas Indonesia’s one and only radio, now bringing you opinion pieces. For further enquiry, contact rtcuifm@gmail.com

No responses yet