The Tortured Poets Department: Mengenal Patti Smith dan Dylan Thomas

RTC UI FM
5 min readApr 28, 2024

--

Written by: Kania Soedira — News Director

Dalam beberapa tahun terakhir, nama Taylor Swift sering digaungkan oleh para penikmat musik. Setelah perilisan dua albumnya memikat perhatian publik di masa pandemi COVID-19, yaitu Folklore dan Evermore (2020), diikuti dengan Midnights (2022) dan pelaksanaan The Eras Tour, Swift telah berhasil mengekspos lagu-lagunya ke audiens yang lebih luas.

Semingguan terakhir, jagat maya kembali dibuat heboh dengan gebrakan baru dari penyanyi internasional tersebut. Perbincangan bervariasi yang mengangkat namanya hilir mudik, mulai dari tanggapan para penggemarnya yang bersemangat memaparkan teori-teori dan interpretasi mereka, hingga komentar kritis dari para kritikus musik. Pasti Gen Muda sudah tahu dong, ya, pencapaian apa yang Swift sabet kali ini.

Album kesebelasnya yang bertajuk The Tortured Poets Department (TTPD) rilis pada 19 April 2024 lalu. Ini menjadi album pertama yang berhasil mencapai lebih dari 300 juta streaming dalam satu hari dikutip dari laman For The Record oleh Spotify. Per tanggal 24 April 2024, Tortured Poets telah melampaui 1 miliar streaming. Bahkan, TTPD mencetak rekor sebagai album yang paling banyak disimpan sebelum rilis dalam sejarah Spotify.

Taylor Swift dikenal atas talentanya sebagai musisi yang lihai memainkan kata-kata dan membangkitkan emosi untuk menceritakan sebuah kisah. Ia yang kerap dijuluki seorang lyrical genius tidak berangkat dari angan kosong belaka. Seperti halnya karya-karya Swift lain, ada potongan lirik dalam track kedua album TTPD yang cukup menarik untuk dibahas.

I laughed in your face and said, ‘You’re not Dylan Thomas, I’m not Patti Smith/ This ain’t the Chelsea Hotel/ We’re modern idiots.”

Nah, kalau Gen Muda merupakan seorang casual listener Taylor Swift, boleh jadi tahu bahwa name-dropping dalam karya-karyanya bukan suatu hal yang baru. Sejauh yang kita ketahui, Smith dan Thomas adalah para seniman terkenal. Namun, siapa sebenarnya mereka? Mengapa keduanya diasosiasikan dengan Hotel Chelsea?

Sang penulis asal Wales

Lahir pada 1914, Dylan Marlais Thomas memiliki segudang prestasi. Perjalanan hidupnya berawal sebagai seorang prodigy menjadi seorang legenda sebagai penyair pertama yang diagungkan oleh celebrity culture. Kata-katanya, suaranya, potretnya, dan kehidupan pribadinya disiarkan dalam skala internasional melalui media radio, televisi, film, dan rekaman audio abad ke-20 melansir dari sebuah artikel BBC pada 2014.

Gen Muda mungkin pernah mendengar atau membaca sejumlah karya puisinya yang berjudul Fern Hill, And Death Shall Have No Dominion, dan Do Not Go Gentle Into That Good Night.

Pada tahun 1940-an, ia rutin hadir di BBC untuk menulis naskah, membaca puisi dan cerita pendek, serta berakting. Ia menikahi istrinya, Caitlin Macnamara, pada 1937. Pasangan itu memiliki tiga anak. Keluarganya menetap di Laugharne, Carmarthenshire pada 1949 di sebuah Boathouse, tempat Thomas banyak menulis karyanya. Boathouse tersebut menjadi sebuah destinasi yang banyak dikunjungi hingga saat ini.

Seorang ikon musik

Patricia (Patti) Lee Smith adalah seorang penyanyi, penulis lagu, penyair, pelukis, dan penulis Amerika yang muncul sebagai tokoh penting dalam gerakan punk rock yang berbasis di New York. Dia dikenal berkat album debutnya pada 1975, Horses. Salah satu lagu yang terkenalnya, Because the Night, ditulis bersama Bruce Springsteen.

Smith pernah angkat bicara tentang Swift dalam wawancara tahun 2019 dengan New York Times. “Dia adalah bintang pop yang selalu diawasi secara ketat, dan orang tidak dapat membayangkan seperti apa rasanya,” kata Smith penuh simpati. “Sulit dipercaya tidak bisa pergi ke mana pun, melakukan apa pun, dan memiliki rambut acak-acakan. Saya yakin dia mencoba melakukan sesuatu yang baik. Dia tidak mencoba melakukan sesuatu yang buruk. Dan jika hal itu memengaruhi beberapa penggemar beratnya untuk membuka pikiran, apa bedanya? Apakah kita akan mulai mengukur siapa yang lebih autentik daripada siapa?”

Wanita berusia 77 tahun itu membagikan dua foto bernuansa hitam putih di akun Instagram pribadinya pada 20 April ketika dia membaca Portrait of the Artist as a Young Dog karya Dylan Thomas.

“Ini mengatakan (bahwa) saya tergerak untuk disebutkan (dalam lagu) bersama penyair besar Welsh Dylan Thomas,” dia memberi caption pada postingan tersebut dan mengakhiri kalimatnya dengan ucapan terima kasih kepada Taylor.

Ada apa dengan Hotel Chelsea?

Gen Muda mungkin juga penasaran dengan seluk-beluk Hotel Chelsea yang turut Swift singgung dalam lagunya. Dibangun pada 1880-an di Manhattan, New York, hotel ini merupakan salah satu bangunan Gotik Victoria pertama di kota itu. Selama bertahun-tahun, Chelsea menampung para penulis, penyair, dan seniman terkenal, termasuk Dylan Thomas, Patti Smith, Mark Twain, Andy Warhol, Jackson Pollock, Janis Joplin dan Sid Vicious.

Kutipan dari Smith yang mencurahkan daya tarik bangunan ini tertulis di situs Hotel Chelsea: “Ini tempat yang kucintai, dengan kemegahan khas dan sejarah yang melekat begitu erat. Begitu banyak yang telah menulis, berbincang, dan tergelak di dalam kamar-kamar boneka Victoria ini. Begitu banyak rok yang telah berdesir di tangga marmer yang aus ini. Begitu banyak jiwa sementara yang telah menemukan tempat, meninggalkan jejak, dan menyerah di sini.”

Mengapa Taylor menyebutkan ketiganya dalam tulisannya?

Melalui pemutaran perdana album TTPD oleh iHeartRadio pada 19 April lalu, Swift sendiri tidak membongkar inspirasi ataupun makna yang sesungguhnya ingin ia sampaikan dalam track keduanya. Namun, berbagai macam spekulasi dan teori berhamburan di antara para penggemar.

Tampaknya, Swift membandingkan dirinya dan sosok lelaki yang disebutkan sepanjang lagu dengan Smith dan Thomas. Bukan dengan tujuan untuk menempatkan dirinya dan mereka dalam level yang sama, melainkan menempatkan dua figur legendaris tersebut di kursi takhta. Ini ditekankan dengan penyorotan Hotel Chelsea, tempat singgah seniman-seniman legendaris lainnya.

Swift dan sosok lelaki dalam lagunya itu memang seniman hebat pencipta mahakarya yang disukai banyak orang, tetapi mereka bukan Smith dan Thomas. Seolah-olah Swift berkata kepada sosok lelaki itu, “Jangan menganggap diri kita terlalu serius. Kita bukan bagian dari para penyair yang tersiksa, kita hanya orang-orang modern yang bebal.”

Itulah sekilas penjelasan tentang Patti Smith dan Dylan Thomas. Sangat menarik untuk mengetahui bagaimana lirik tertentu dalam sebuah lagu memiliki begitu banyak lapisan makna, bukan? Lebih menyenangkan lagi ketika kita sebagai penikmat karya seni diajak untuk mengeksplorasi kreativitas dan imajinasi dalam menginterpretasikan suatu karya.

Bagaimana menurutmu, Gen Muda? Sudahkah kamu mendengarkan album The Tortured Poets Department?

Referensi:

Patti Smith thanks Taylor Swift for the “Tortured Poets” album mention: “I was moved.” (2024, April 21). TODAY.com. https://www.today.com/popculture/music/patti-smith-dylan-thomas-tortured-poets-department-taylor-swift-rcna148511

Hoskin, R. (2024, April 19). Dylan Thomas: Taylor Swift name drops Welsh poet in new song. bbc.com. https://bbc.com/news/articles/cd18y1llz22o

--

--

RTC UI FM
RTC UI FM

Written by RTC UI FM

The Best Student Radio In Town! Universitas Indonesia’s one and only radio, now bringing you opinion pieces. For further enquiry, contact rtcuifm@gmail.com

No responses yet