Written by: Davina Aurelia — News Director
Gen Muda pasti sudah tidak asing lagi dengan aplikasi TikTok, kan? — Tiktok adalah aplikasi yang menyediakan ruang untuk para penggunanya mempublikasikan video-video kreatif berdurasi pendek. Zhang Yiming adalah pendiri perusahaan induk dari TikTok di Cina. Ia awalnya merilis aplikasi ini pada September 2017, dan semakin populer pada tahun 2018. Popularitas TikTok tidak bisa dipungkiri lagi di kalangan Gen Z pada tahun-tahun sekarang, banyak kalangan muda yang mencari inspo dan referensi terkait fashion, musik, makanan, bahkan sampai gaya hidup dari TikTok.
Banyaknya tren yang kian kemari dari tahun ke tahun, tentunya membuat orang-orang tidak ingin tertinggal dan selalu ingin menjadi bagian dari tren tersebut. Tren bagaikan detak jantung konten TikTok, yang membuat aplikasi ini terus bergerak dan menjadi alasan mengapa tren cepat berganti bahkan hanya dalam hitungan bulan. Para pengguna, khususnya para influencer juga brand, berlomba-lomba dalam penyesuaian tren setiap bulannya agar tetap relevan dan engagement mereka tetap terjaga. Mulai dari orang tua, dewasa, remaja, bahkan anak-anak, bisa terpapar oleh tren-tren dari aplikasi ini.
Tentunya, tren tidak sepenuhnya positif. Banyak sekali tren di TikTok yang menjadi alasan adanya batasan umur pengguna, yakni 13 tahun ke atas. Beberapa tren juga mengarah pada pemborosan dan berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Tren memang cenderung persuasif, mengajak para pengguna untuk ikut serta. Sayangnya, tidak semua orang bisa ikut serta dalam tren-tren tertentu yang nantinya akan mengarah pada kekecewaan pada diri mereka sendiri, karena tidak mencapai kepuasan dan ekspektasi.
Kesuksesan aplikasi ini juga sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen serta fitur aplikasi itu sendiri.
- Straightforward dan ramah pengguna, dengan hanya sedikit tombol dan bagian aplikasi yang mudah untuk dinavigasi oleh pengguna.
- Video berdurasi pendek, yang sangat ideal untuk mengurangi attention span para pengguna.
- Algoritma yang mengarahkan pengguna untuk menonton video sesuai interest masing-masing, terkumpul dalam bagian yang disebut “For You Page”
Menggunakan AI, TikTok menyajikan konten kepada pengguna dan menggunakan reaksi mereka terhadap konten tersebut (dalam bentuk likes, komentar, dan bagikan) untuk menentukan konten lain yang mungkin mereka sukai. Fitur ‘scrolling’ di TikTok bagaikan mesin undian, ada element of surprise dari setiap video yang akan dilihat. Pola inilah yang membuat pengguna ‘betah’ dengan ekspektasi bahwa video selanjutnya yang akan dilihat adalah video yang menghibur, terus menerus begitu sampai pengguna merasa puas. Karena itu lah TikTok bisa menjadi sangat adiktif dan tak jarang membuat penggunanya lupa waktu.
Downloading TikTok is never a problem. Tapi, para Gen Muda harus sadar, bahwa TikTok adalah platform dengan konten yang tak akan kunjung habis. Memang menyenangkan bisa mendapat hiburan dan inspirasi dari TikTok, banyak tutorial dan referensi yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. At the end of the day, semua tergantung kita sebagai pengguna untuk mengatur dan membatasi konsumsi terhadap konten dan tren yang ada dalam TikTok, juga media sosial lainnya. Jangan jadikan sebuah tren sebagai patokan atau standar kehidupan kita, karena setiap orang mempunyai kehidupan dan kapabilitas yang berbeda.
Let’s be grateful and proud of ourselves!