Kanye West dapat dikatakan sebagai sosok paling kontroversial di dunia musik. Selain beberapa perilaku nya di ruang publik yang terkadang dapat dikatakan obnoxious, beberapa statemen aneh yang ia buat membuatnya menjadi sering diperbincangkan oleh media. Opini umum terhadap Ye sendiri terbagi dua, terdapat kubu yang mengatakan bahwa ia hanya seorang musisi tanpa talenta yang mencari sensasi dan juga terdapat kubu yang mendewakannya dan menganggap Ye sebagai salah satu rapper/producer terbaik di dunia. Pertarungan serta perdebatan keduanya cenderung sangat sengit dan keduanya sering membawa poin yang valid. Saya sendiri berada di kubu yang kedua, namun berusaha untuk tetap netral dan tetap mengkritisi perilaku nya yang seringkali aneh (seperti mencalonkan diri sebagai Presiden). Walaupun begitu, dari segi kualitas musik saya rasa Ye tetaplah salah satu GOAT.
Opini saya tersebut mengalami suatu perguncangan yang besar, setelah saya mendengarkan beberapa rilisan Ye selama 4 tahun terakhir. Saya merasa bahwa Ye telah mengalami penurunan kualitas secara signifikan. Setelah itu, saya langsung tertarik untuk melakukan evaluasi rilisan Ye secara keseluruhan. Apakah Ye selalu berada di kualitas yang sama selama 4 tahun terakhir tersebut atau ia hanya mengalami penurunan saja dan mengganti gaya musiknya. Ketertarikan tersebut berujung dengan saya membuat postingan ini. Disini saya akan menilai semua album Kanye West. Saya juga berusaha memberikan verdict apakah Ye bisa dikatakan GOAT atau hanya seorang pencari sensasi saja. Oh iya, seperti tulisan saya sebelumnya, review ini sangat lah subjektif. Jadi jika kalian memilki opini yang berbeda, bisa langsung tulis di komen aja hehe.
01. College Dropout (2003)
Sebelum di rilis nya album ini, Kanye telah menjadi producer yang cukup sukses dan berkontribusi cukup besar di album Jay-Z The Blueprint. Namun Ye selalu dikatakan sebagai seorang yang harus “stick to producing” dan untuk tidak menjadi rapper. Ye akhirnya membuat semua orang tersebut diam dan merilis album perdananya. College Dropout men-showcase konten lirik nya yang sangat unik. Jika pada saat itu, rapper mainstream cenderung berbicara tentang materialisme, gaya hidup gangster dan wanita, ia melakukan gerakan yang sama dengan kolega rap Chicago nya yaitu Common. Ia lebih membicarakan religiusitas serta kegelisahan diri nya sendiri, terlihat sangat jelas dalam lagu seperti “Jesus Walks” dan “Through the Wire”. Gaya production nya juga dapat dibilang keren, ia terinspirasi oleh RZA dari Wu-Tang Clan dan membuat beat berdasarkan sample soul serta vocal yang telah di turunkan pitch nya. Gaya tersebut di-istilahkan sebagai “chipmunk soul”. Album ini benar-benar sample heavy yang diolah dengan baik dan ia berhasil men-showcase elegance tidak hanya di lirik saja, namun juga di aspek musik terutama didalam dunia hip-hop yang kebanyakan beat nya telah disimplifikasi.
Rating: ***** (Legendary)
02. Late Registration (2005)
Mengikuti jejak album pertama, Kanye menyempurnakan gaya lama nya dari fondasi yang telah ia bangun dengan kokoh. Gaya tematik dibilang mirip dengan “College Dropout”, namun lebih kompleks. Ye tidak hanya berkutat di masalah pribadi serta introspeksi diri di album pertama, ia juga berbicara mengenai masalah politik serta sosial yang terjadi di dunia ini. Seperti di lagu “Diamond from Sierra Leone”, ia berbicara mengenai eksploitasi berlian di Afrika. Selain itu, terdapat pula lagu “Touch the Sky” yang menjadi suatu anthem hip-hop pertengahan 2000an, dan mem-feature Lupe Fiasco yang pada saat itu masih dianggap unknown rapper. Beat disini juga di-refine, tidak hanya menggunakan soul sample saja, ia juga memakai musisi untuk memainkan instrument nya. Terlihat secara jelas di lagu Ye favorit saya, “We Major” yang memakai instrumen yang didominasi saxophone dan bergaya jazz. Membicarakan “We Major”, ia juga men-feature Nas, salah satu lirikus hip-hop terbaik di dunia. Ia membuktikan bahwa ia dapat nge-rap toe-to-toe dengan salah satu rapper terbaik di dunia.
Rating: ***** (Legendary)
03. Graduation (2007)
Tahun 2007 menjadi tahun yang sengit di dalam dunia hip-hop. Gerakan conscious rap dan anti-gangster rap yang dipelopori Kanye West, Lupe Fiasco, Common serta Mos Def yang ada sejak awal tahun 2000an diuji ketangguhan nya setelah 50 Cent merilis albumnya Curtis di tanggal yang sama dengan Graduation. Seperti yang kita ketahui, Ye memenangkan pertarungan ini dan 50 Cent kalah dalam jumlah penjualan. Gangsta rap mengalami penurunan yang cukup signifikan, bahkan 50 Cent sendiri setelah ini tidak dapat mencapai puncak nya kembali. Album 50 Cent tidak diterima dengan baik oleh public (baik kritik maupun kommersial), namun album ini? Album ini sangatlah sukses di kedua aspek tersebut. Disini gaya musik nya berbeda, di segi lirik sendiri Ye berusaha menggambarkan kesuksesannya sebagai rapper. Graduation sendiri secara simbolis disini diartikan sebagai dirinya yang sukses menjadi seorang rapper. Productionnya tidak berpaku terhadap sample soul saja, namun jangkauan nya diperluas ke genre lain seperti rock, jazz hingga electronic serta reggae. Tidak hanya vocal soul yang di pitch down, disini ada sample dari Steely Dan. DJ Premier juga ikut serta disini dan membuat “scratch” di “Everything I Am”. Walaupun beberapa orang bilang kalau album ini tidak sebagus dua album sebelumnya, saya tidak setuju. Graduation bagi saya, sekelas dua album pertamanya dan cocok disandingkan dengan keduanya.
Rating: ***** (Legendary)
04. 808s & Heartbreak (2008)
Setelah tiga album yang bisa saya bilang smooth dan keren semua. Sekarang kita masuk ke album pertama yang terbilang kontroversial. 808s & Heartbreak tidak hanya bergaya non-konvensional, namun langsung keluar dari genre hip-hop secara keseluruhan. Ya, album ini bukanlah album hip-hop, melainkan lebih mengarah ke experimental pop. Disini Ye tidak ngerap sama sekali, dia bernyanyi memakai auto-tune yang pada saat itu sedang berada di puncak popularitas. Dari permukaannya sendiri, album ini sudah terlihat seperti album yang love or hate. Tapi saya sendiri cenderung berada di camp kedua. Saya sendiri tidak membenci album ini secara keseluruhan, beat nya cenderung keren dan unik. Saya suka dengan pilihan instrumennya yang terinspirasi synthpop 80an. Satu aspek yang membuat saya menjauhi album ini ialah gaya menyanyi Ye yang memakai autotune, terutama di lagu-lagu awal. Mungkin ini lebih ke preferensi pribadi, tapi bagi saya Ye tidak terlalu cocok memakai auto tune dan terdengar seperti imitasi T-Pain yang membawa auto-tune ke dunia mainstream. Terdapt beberapa pengecualian, terutama ke lagu seperti “Paranoid”. Di lagu tersebut, Ye mencampur gaya menyanyi nya dengan beat ala disco 1980an secara klop. Saya juga mencintai lagu “Heartless” yang bagi saya keren, dengan konten lirik yang keren, beat yang cocok dan auto-tune yang tidak terlalu dipaksakan. Tapi keseluruhan, album ini bisa dibilang meh bagi saya.
Rating: *** (Okay)
05. My Beautiful Dark Twisted Fantasy (2010)
Setelah album yang relatif mengecewakan bagi saya, kita masuk ke album ini. Sebelum kita mulai, album ini bukanlah sekedar album musik saja melainkan sebuah seni avant garde. Kanye West membuat ini bukanlah sebagai album hip-hop, namun campuran dari berbagai genre yang berbeda di aduk secara rata. Terlihat dari banyaknya producer yang ikut campur dalam pembuatan album ini, jika album sebelumnya hanya terdapat satu atau dua producer per lagu, di album ini bisa terdapat 4 producer. Album ini dibuka dengan lagu “Dark Fantasy” yang beatnya dibuat oleh RZA (dari Wu-Tang Clan), idola dari Kanye yang sekarang membuat lagu bersama dan mengumpulkan visi nya masing-masing. RZA pun datang kembali di lagu “So Appalled” yang tidak kalah keren. Album ini bertema sangatlah abstrak, tidak ada satu gaya yang dapat mendeskripsikan album ini secara definitif. Seperti contoh, Ye mensample teriakan Rick James di “Runaway”, dan menjadikan nya catchy. Terdapat pula elemen lama, seperti soul sample di berbagai lagu disini. Selain gaya nya yang abstrak, album ini juga bisa dikatakan sebagai album coming together. Terlihat dari banyak nya guest disini, dari Elton John yang memainkan piano di “All of the Lights” hingga Raekwon the Chef dalam track “Gorgeous”. Gaya ngerap berubah dari sesuai tema seperti lagu lamanya, menjadi ke stream of consciousness rapping. Album ini diakhiri dengan orasi Gill Scott Heron, seorang de-facto rapper hip-hop (proto-rapper) pertama yang membicarakan tentang keadaan di AS. Album ini dapat dianggap sebagai sebuah love letter ke genre hip-hop secara keseluruhan.
Teruntuk Anthony Fantano, rating 6 bener-bener gak cocok buat album ini, sumpah. Kalo 808s & Heartbreak mungkin baru masuk akal diberi rating 6, hehe.
Rating: ***** (Legendary)
06. Yeezus (2013)
Mengikuti tema yang relatif sama dengan “My Beautiful Dark Twisted Fantasy”, berfokus kepada seni dibandingkan hip-hop secara keseluruhan. Namun pembawaan album ini berbeda dengan MBDTF, disini Ye melakukan pendekatan minimalis dalam membuat beat (bahkan Ye mengunjungi Paris berkali-kali sebagai preparasi untuk merekam album ini). Kanye berusaha keluar dari dunia mainstream sebisa mungkin, bahkan mengeluarkan beberapa lagu yang terlalu mainstream disini. Rick Rubin menjadi arsitek dari album ini, dan dia melakukan tugasnya dengan baik (sangat berbeda dengan rilisannya bersama Eminem yang bisa dibilang hancur). Musik industrial dan ambient sangat prevalen disini, jika vokal Ye diganti dengan MC Ride maka album ini bisa dikatakan sebagai album Death Grips. Terdapat soul sample disini, namun penggunaannya jauh berbeda dari album sebelumnya. Sample Nina Simone diolah sedemikian rupa menjadi backsound yang indah dibalik “Blood on the Leaves”. Tidak lagi chipmunk soul, sample disini digunakan sebagai suatu elemen background saja, bukan sebagai pemberi warna. Setiap lagu mempunyai producer lebih dari lima dengan background yang beragam. Daft Punk membuat beat di beberapa lagu di album, diantaranya “Black Skinhead”, “I Am A God”, dan “On Sight” yang memberikan nuansa house di ketiga lagu tersebut. Satu-satunya outlier disini adalah “Bound 2” yang lebih cocok dimasukkan ke “College Dropout” ketimbang Yeezus. Lagu ini bagi saya menjadi highlight disini, tapi tidak terlalu cocok di album ini. Sayang sekali, video klip nya bener-bener bizarre yang buat orang jadi illfeel dan membenci lagu ini. Tapi secara keseluruhan, album ini bisa dianggap sebagai companion piece ke MBDTF, sebuah variasi album tersebut jika pendekatannya diubah ke minimalis.
Rating: ***** (Legendary)
07. The Life of Pablo (2016)
Tahun 2016 menjadi tahun yang kontroversial bagi dirinya, disini perdebatan mengenai kualitas Ye sedang kencang-kencangnya. Walaupun hampir semua album solonya dikatakan sebagai album yang bagus, dan bahkan Ye bisa dikatakan sebagai salah satu rapper yang paling konsisten. Namun semuanya hancur ketika Ye sering membuat antics yang cenderung kontroversial, dari pandangan politik hingga hubungannya dengan Kim Kardashian. Disini Ye memancing perdebatan ini dengan sepenuhnya, fans Kanye lama dan Kanye baru berusaha dipertemukan di album ini. “I Love Kanye” menjelaskan dilemma tersebut dengan sempurna. Dalam gaya nge-rap, ia sering berpindah dari happy Kanye seperti di “Graduation” dan sad Kanye di “Late Registration”. Berbeda dengan album sebelumnya yang arah nya pas dan sesuai, album ini tidak mempunyai arahan sama sekali. Satu lagu seperti “Pt. 2”. Kanye berada di mode Yeezus, dan lagu “Highlights” yang lebih cocok di 808s & Heartbreak. Tidak ada arahan yang tepat membuat album ini terdengar seperti album kompilasi Greatest Hits. Bahkan lucunya, album ini di-update berkali-kali layaknya seperti game yang dipenuhi bugs dan glitch di dalamnya saat rilis. Keanehan tersebut seperti membuktikan bahwa album ini tidak terlalu di-mix dengan baik oleh Ye. Walaupun begitu, track disini juga banyak yang keren. Terutama “No More Parties in L.A”, duet antara Kendrick Lamar dan Ye, dengan sample paman Drake dan beat yang dibuat Madlib. Ya, lagu ini dibuat oleh sang legenda Madlib. Secara keseluruhan walaupun cenderung messy dan bagi saya tidak sebagus kebanyakan album sebelumnya, album ini masih bisa dibilang oke banget.
Rating: ***1/2 (Good)
08. Ye (2018)
Dirilis di tahun yang hectic bagi Ye, dimana ia juga membuat beat Nas (Nasir) dan Kid Cudi (Kids See Ghosts) di tahun yang sama. Kata hectic sendiri menjadi suatu statement tersendiri, Ye di tahun ini mengalami penurunan kesehatan mentalnya dan di lagu pertama sendiri, ia berkontemplasi mengenai keinginannya untuk membunuh diri. Hectic dan chaos menjadi tema dari album ini, tidak hanya dari tema serta lirik saja, namun juga dari kualitas sendiri. Tidak ada yang spesial dari beat tersendiri, bisa dibilang hanya rehash dari “Yeezus” dan “The Life of Pablo”. Beberapa beat disini saya sangat suka, terutama “All Mine” dan “Yikes” yang sangat berdekatan. Tetapi secara keseluruhan, beat nya bland dan juga mengalami masalah yang sama dengan Life of Pablo. Album ini tidak memilliki arahan yang pas, namun dalam artian yang berbeda. Album ini terasa seperti sebuah refleksi mental state nya yang sedang kacau, ia tidak mengubahnya ke dalam seni, namun lebih membiarkan album ini terasa kacau dan cenderung medioker. Kanye dikenal sebagai seorang musisi yang perfeksionis dan cenderung hanya menempatkan lagu terbaik saja di albumnya, namun album ini tidak mempunyai banyak lagu keren dan hanya berdurasi 23 menit saja. Dengan durasi yang sangat pendek, serta kurangnya highlight membuat saya kecewa besar terhadap album ini. Album ini mengawali refleksi saya tentang Ye sebagai musisi secara keseluruhan, walaupun baru satu album saja yang saya anggap buruk, album ini meninggalkan rasa yang cukup pahit di mulut saya. Untungnya “Nasir” dan “Kids See Ghosts” bisa saya anggap keren dan saya tidak jadi membenci Ye secara sepenuhnya pada tahun ini. Pada saat itu, saya berharap album ini adalah album buruk terakhir yang ia rilis.
Rating: **1/2 (Mediocre)
09. Jesus is King (2019)
Album terakhir yang ia rilis hingga saat ini. Pada awal saat berita album ini akan dirilis, saya hype namun tetap panik karena takut ia akan merilis album yang lebih buruk dari Ye. Berita-berita tentang album ini membuat saya bertambah panik, ia pernah berkata bahwa ia tidak ingin ngerap lagi dan mengatakan musik hip-hop adalah musik setan. Namun akhirnya, Ye merilis sebuah album win-win diantara keinginan fans dan niat dirinya secara pribadi dengan merilis album hip-hop gospel. Berbeda dengan Ye atau bahkan “Life of Pablo”, arah album ini sangat klear yaitu Ye membuat album hip-hop dengan lirik gospel. Hal tersebut membuat album ini sedikit lebih baik dari Ye. Beat buatannya sangat lah menakjubkan, ia mencampur sample gospel soul yang benar-benar obskur dengan pola drum trap modern, ia seperti mrevitalisasi gaya produksi lamanya dengan sentuhan baru. Tapi benar, konten album ini sangat terfokus dan mungkin terlalu terfokus, ia tidak berbicara mengenai topik lain seperti album sebelumnya, ia mendedikasikan album ini dalam konten religiusitas saja. Jika saat pertama mendengarnya, saya tidak suka dengan album ini, namun sekarang saya menyukai beatnya. Bagi saya album ini tidaklah seburuk yang beberapa kritik katakan. Namun saya sendiri hanya akan merekomendasikan album ini ke para fans hardcore Ye dan juga fans sub-genre Christian hip-hop. Secara keseluruhan, album ini tidak dapat disandingkan dengan “College Dropout” ataupun “Yeezus”, tapi anda tetap perlu mencoba mendengarkannya.
Rating: *** (Okay)
Lalu secara keseluruhan, apakah Kanye adalah salah satu GOAT atau tidak? Jawabannya adalah iya. Hanya sedikit musisi hip-hop dan beberapa yang dianggap GOAT yang memiliki konsistensi tinggi seperti Ye. Dari semua album yang semua review, terdapat 5 album yang bagi saya menakjubkan dan hanya 1 album yang saya tidak terlalu suka. 5 album keren dari total 9 sangatlah banyak bagi seorang rapper yang memiliki output relatif banyak. Rapper lain dengan jumlah album yang sama, pasti memiliki jumlah flop yang lebih banyak. Seperti contoh, Eminem yang dianggap sebagai salah satu GOAT, hanya memiliki 2 album yang di puja oleh kritikus secara keseluruhan, yaitu “Marshall Matters LP” dan “Eminem Show”, ia juga memiliki beberapa album buruk seperti “Encore”, “Recovery”, “Relapse” dan “Kamikaze” yang empat-empatnya bagi saya jauh lebih buruk dari album “Ye”. Tidak lah fair, menganggap Ye sebagai musisi buruk hanya karena antics nya, musik nya tetap dijunjung dengan tinggi dan dinilai bagus tanpa memikirkan perilaku diluarnya. Bagi anda yang tidak menyukai Ye, saya sarankan anda mendengarkan “College Dropout” sebagai pemula dan rasakan kualitas nya. Saya cukup yakin anda kemudian akan mendengarkan “Late Registration”.